SUPERALOR – MEDIA SUARA PEREMPUAN ALOR
SHARE :

Kolaborasi SUPER dan GMIT Ayalon Labapui dalam Pencegahan Kekerasan pada Perempuan dan Anak

2
07/2024
Kategori : Perempuan Bicara / peristiwa
Komentar : 0 komentar
Author : admin


Sosialisasi Stop kekerasan pada perempuan dan anak di Alor, diikuti oleh Sebagian anggota jemaat GMIT Ayalon Labapui, pada hari Minggu (30/06/2024).

Kegiatan ini dilakukan di gedung GMIT Ayalon Labapui, pukul 10.30 WITA seusai kebaktian utama, dengan melibatkan sekitar 50 orang, yang terdiri dari laki-laki, perempuan, orang muda dan orangtua.

Desimina Wabang selaku direktur Perkumpulan Suara Perempuan Alor (SUPER), menyampaikan bahwa SUPER terbentuk pada tanggal 21 Januari 2022 yang diinisiasi oleh Community Development Bethesda YAKKUM Area Alor dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Alor. Hingga saat ini terdapat 13 relawan sebagai pengurus SUPER.  

Materi kekerasan terhadap perempuan dan anak disampaikan oleh Yefrison Abulanuha. Beberapa bentuk kekerasan yang disampaikan yakni kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi pada perempuan dan kekerasan fisik, psikis, seksual, ekonomi dan penelantaran pada anak.

 Lasarus Lalingdika menjelaskan dasar – dasar hukum dan proses pencegahan penanganan masalah kekerasan. Undang-undang yang dipakai yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (PKDRT), Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No 12 Tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual (TPKS) dan kitab undang-undang hukum pidana (KUHP).

Proses penyelesaian kasus yang dilakukan yaitu, diselesaikan secara kekeluargaan, melalui proses hukum-tuntas, dan diselesaikan secara adat-denda.

Ketua majelis jemaat Pdt. Sriliani Kafelkai-Fina, S.Th mengatakan bahwa pola pikir jemaat tentang kekerasaan itu hal yang biasa, dengan kehadiran SUPER dapat menyampaikan kepada semua jemaat bahwa ternyata,  selama ini sudah banyak melakukan hal yang tidak disadari bahwa itu adalah kekerasan.

“Ada banyak hal yang membuat sehingga kita tidak berani menyuarakan, padahal ada terlalu banyak yang mengalami kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi,” kata Sriliani.

Ia juga mengatakan bahwa, kesibukan orangtua terhadap kerja, orangtua bisa pergi ke gunung sampai satu minggu dengan meninggalkan  anak bayi/balita di rumah bersama nenek, itu hal yang banyak terjadi disini.

Mengenai dengan pendidikan anak, anak pergi ke sekolah atau tidak itu dari kemauan anak itu sendiri. Sehingga seringkali yang ia lakukan adalah memotivasi anak-anak tersebut. hal-hal yang terjadi ini termasuk  penelantaran atau pengabaian pada anak.

Ketika beberapa waktu yang lalu, SUPER datang berkoordinasi untuk melakukan kegiatan ini, ia terbuka untuk menerima karena baginya ini peluang yang sangat baik.

Karena selain melalui suara gembala ini menjadi satu kesempatan untuk SUPER dapat  berbagi materi. Kedepan pertemuan-pertemuan seperti ini akan terus berlangsung dengan terus memberikan pemahaman-pemahaman kepada jemaat tentang kekerasan dan ada banyak hal yang harus ditata dan dilakukan dalam hidup.

Ia juga berharap kedepan terus ada relasi yang baik  dan ada sosialisasi atau pelatihan dalam memberikan pemahaman-pemahaman tentang kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak dengan menjunjung tinggi hak sesama. Ini tidak menjadi akhir tapi akan terus bersama untuk melakukan pencegahan, karena kita bisa menjadi korban maupun pelaku. (Mariam)*

Berita Lainnya

22
03/2024


Tinggalkan Komentar